Suatu siang di jam yang tidak diketahui, telah menginjakkan kaki seorang pemuda kumel dengan tampang gak ganteng – ganteng amat (tapi sedikit di bawah jelek) di sebuah tempat yang ia merasa tak asing. Dengan tampang super bloonnya ia hanya bisa ternganga ketika melihat daerah yang telah 12 tahun ia tinggalkan telah berubah menjadi “sesuatu”. Pemuda itu adalah diriku.
Haha, mari kita tinggalkan prolog yang lebay ini. Nah sekarang saya mau menulis tentang pengalaman saya saat pertama kali melihat Kota Medan setelah 12 tahun saya tinggalkan. Soalnya saat itu ketika meninggalkan Medan saya masih berumur sekitar 9 tahunan. Dan sesuai dengan peraturan dan sikap orang – orang yang lama meninggalkan kampung halamannya, perasaan saya saat itu sungguh sangat – sangat galau. Loh kenapa galau ?
Soalnya di daerah tempat keluarga saya bermukim sekarang yaitu Kota Jambi, di sana saya selalu mengejek – ngejek tentang kemacetan di kota Jambi, padahal fakta sebenarnya di Jambi itu nggak macet, hanya terkadang banyak sekali mobil – mobil parkir sembarangan sehingga menghalangi akses jalan. Tetapi sesampainya di Kota Medan, waduh saya serasa termakan omongan sendiri. Ternyata di Kota Medan lebih parah macetnya. Dan masalah penanganan lalu lintasnya, Masya Allah dah. Ternyata kalau di bandingkan dengan Jambi, ternyata Jambi masih memiliki sistem penanganan lalu lintas yang sangat baik. Ini adalah perbandingan hal – hal yang ada di Medan dan di Jambi.
Transportasi
Di Kota Jambi transportasi yang umum di gunakan sudah pasti angkot ama ojek. Sedang di Medan Transportasi yang digunakan kebanyakan adalah yang pasti angkot dong dan satu jenis kendaraan yang disana di panggil dengan BETOR alias becak motor karena di situ nggak ada ojek bro, makanya slogan Cinta Caura disana diganti jadi “Gak ada Betor, Kotor – kotor”, hehe. Nah, satu lagi yang mau saya bahas tentang transportasi di sana, angkot di Kota Jambi ama di Kota Medan itu bedanya sangat – sangat banyak. Dari segi pekerjaan, angkot di Kota Jambi kebanyakan masih memiliki kernet untuk membantu supir mengatur penumpang, mencari dan meminta ongkos. Sedang di Medan, kernet sama sekali tidak ada. Jadi kalau penumpang mau turun dia harus teriak sekencang – kencangnya, hehe atau kalau tidak harus menekan bel lampu yang ada di langit – langit angkot (biasanya ini ada di angkot jenis Koperasi). Bagaimana dengan kecepatan dan kenyamanan ? Dulunya saya kira angkot di Kota Jambi adalah yang tercepat, soalnya karena tidak ada kemacetan, angkot bisa leluasa menaikkan kecepatan untuk mengejar setoran. Tetapi ternyata di Kota Medan lebih hebat lagi, apalagi karena seringnya macet para supir di Kota Medan seperti sudah terlatih dan memiliki naluri tersendiri. Bayangkan mereka bisa menaikkan kecepatan sebesar 80 km/jam pada saat spasi antar kendaraan saat macet terjadi itu hanya sekitar 1 meter. Jadi saya sarankan buat yang takut dengan kecepatan atau yang punya penyakit jantung, lebih baik naik BETOR aja deh, walau mahal tetapi lebih aman buat yang takut soal begituan, hehe.
Tips untuk para pendatang baru : Kalau mau naik angkot Medan dan nggak tahu harga ongkos, lebih baik ketika turun jangan bertanya “Berapa ongkosnya bang ?”, tetapi langsung saja kasih, kalo menurut anda jarak anda naik itu sampai tempat tujuan sangat jauh atau sekitar >30 KM kasih aja Rp. 5000, ini supaya anda tidak dirugikan oleh supir angkot (pengalaman pribadi 🙂 )
KULINER
Soal makanan, jangan tanya dek. Medan adalah kota terbaik soal makanan. Segala jenis makanan ada di sini. Mau yang aneh, enak murah dan mantap pokoknya ada deh. Pertama kali jalan – jalan di Medan saya di ajak teman ke lapangan Merdeka. Di sana dapat kita temui berbagai jenis makanan, dan semua serba mewah tetapi kualitasnya terjamin. Sama juga seperti di daerah sekitar Ring Road. Nah, kalau mau makanan murah lebih baik cari di dekat kampus atau sekolah. Seperti di sekitar USU tempat saya mengurung diri (:P ) di sana kalo nyari makanan murah, mewah dan banyak ibarat mencari pasir di pantai, buanyak banget pilihannya. Harga makanannya pun sekitar 3000 – 7000 dengan porsi nasi + lauk – pauk (ayam atau ikan) + cemilan + sayur komplit dah. Lalu buat yang doyan ama buah duri alias duren, Medan adalah surga anda si pecinta duren. Apalagi kalau lagi musim, datang aja ke Jalan Adam Malik atau daerah di sekitaran Simpang POS, disitu duren – durennya sangat – sangat terkenal. Atau kalau mau praktis bisa nongol di Rumah Duren.
TEMPAT REKREASI
Nah, soal tempat rekreasi di Medan bisa saya bilang WAW deh. Soalnya pas pertama kali kemari saya sempat terkaget – kaget. Di sini tempat – tempat rekreasi yang terkenal selain MAL – MAL yang banyak pilihan, anda bisa mengunjungi tempat bersejarah seperti Lapangan Merdeka, di sana ada bursa buku TITI GANTUNG tempat anda bisa menemukan buku – buku murah. Ini adalah tempat favoritnya pelajar, mahasiswa dan dosen. Terus ada Lapangan Benteng tempat biasanya di selenggarakan acara konser. Ada Istana Maemoon, Mesjid Raya dan banyak lagi yang bisa anda temui di Medan.Buat para pelancong di pastikan nggak bakal nyesel soal tempat rekreasi di Medan ini, Cuma macetnya aja yang bikin kesel.
Yup, mungkin sekian dulu cerita saya soal kota Medan pada pandanganku yang pertama. Semoga bisa menjadi referensi buat para kawan – kawan yang ingin berkunjung ke Kota Medan. 🙂
Medan cantik 😛
serius mbak.. Wah pujian buat kota Medan ni..
Semoga bisa jadi lebih baik..
Makasih mbak (kata kota Medan 😀 )
heheh ayayay …. sama sama ya, doakan semoga cepat mengunjungimu, medan 🙂
wah selamat datang di Medan…
Selamat datang juga mas 🙂
Wah,sesuatu banget prolognya ya Bang..
ahahaha…
emang benar Bang, pembalap semua sopir angkot di Medan bang
eh, angkot kuning nomor 40 dan biru nomor 12 ke rumah saya loh, ahahahaaa
kalo masalah kuliner dan tempat rekreasi memang banyak sih bang =D
terutama kulinernya, jempol, banyak kali =D
haha.. Medan, kota rantauan tercinta 😀
Ayo bang riki, kapan bikin referensinya tentang medan ni ?