Ya mungkin judulnya terlalu melow. Tapi gak apa lah. Setelah sudah lama saya vakum menulis blog ini, kisah patah hati akan saya jadikan pembuka kembali jalan saya untuk menulis. Jadi ini adalah kisah ketika patah hati.
Sebut saja si pria dengan panggilan Alif, karena saya malas menggunakan nama sendiri. Alif ini adalah seorang mahasiswa Teknik Sipil yang lebih aktif organisasinya dibandingkan kuliahnya, sehingga untuk tamat saja dia butuh waktu 6,5 tahun. Salah satu tipe mahasiswa kura-kura alias kuliah rapat kuliah rapat yang hidup di dunia bernama Indonesia yang netizennya bisa ribut karena masalah ngunggulin presiden siapa yang terbaik. Saking aktifnya di organisasi, Alif sampai terkenal di kalangan anggota organisasi sebagai orang yang bijak, dewasa dan solutif dalam setiap masalah. Tapi Alif tidak sesempurna itu. Ia tidak bisa mengatasi masalah kuliah dan juga masalah hatinya.
Perkenalan dia dengan Marni sebut saja seperti itu adalah saat dia merasakan jatuh cinta pertama kalinya walau faktanya Alif telah berkali-kali jatuh cinta. Tapi cinta yang dirasakannya pada Marni tidak seperti cinta biasa. Dia terpesona dengan gadis kesehatan tersebut hanya karena melihat hijrahnya. Ia jatuh cinta pada kibasan gamis Marni yang membuatnya seperti terbang melayang. Dan tak butuh waktu lama bagi Alif untuk mendapatkan hati Marni.
Kisah mereka pun berlanjut. Alif dan Marni seperti pasangan Romeo dan Juliet yang lebay. Bagai pulpen dan tinta, begitulah Alif dan Marni, dimana ada Marni disitu ada Alif. Alif benar-benar terbius dengan Marni.
Sebagai seorang yang terlalu aktif, Marni seperti sebuah pelengkap bagi Alif. Sikapnya yang periang, mudah bergaul, suka traveling, akrab dengan keluarga Alif, hobi makan serta parasnya yang manis, menjadikan Marni adalah sosok yang terlalu sempurna untuk Alif. Sehingga Alif buta akan cintanya pada Marni. Teguran dari teman-temannya tentang Marni pun tidak ia pedulikan. Bagi ia Marni adalah segalanya.
Lalu kisah itu pun berada pada ambang batasnya juga. Ketika Alif tamat kuliah, ia pun pergi merantau untuk mencari nafkah agar bisa menikahi Marni. Gadis pujaan yang dengannya ia telah menceritakan dan merencanakan mimpi-mimpinya kelak ketika mereka menikah. Tapi, tak lama Alif merantau kabar buruk pun Alif terima. Marni tiba-tiba tidak lagi menghubunginya. Jarak yang terlalu jauh membuat hubungan mereka renggang, sampai ketika Marni mengirim pesan putus pada Alif. Marni telah jatuh cinta pada mantan kekasihnya dulu waktu SMA. Hari itu perasaan Alif campur aduk. Bak disambar petir ketika berteduh, Alif patah hati untuk pertama kalinya. Marni yang dipuja dan dicintainya lebih dari ia mencintai dirinya sendiri telah berkhianat pada cintanya. Hati Alif hancur. Begitu pula Ibu Alif yang telah mengganggap Marni bagian keluarganya.
Sedih mengiringi hati Alif. Begitu pula teman-teman yang tahu kisah Alif dan Marni dari awal. Mereka tak menyangka Marni akan seperti itu. Semangat dan doa datang mengiringi Alif seakan Alif sudah hampir setengah mati. Sampai pada suatu hari tiba-tiba Marni mengirim pesan pada Alif. Pesan yang singkat yang membuat Alif seakan mendapat cahaya baru kembali. Marni seakan memberi kesempatan Alif untuk mendapatkannya kembali dan menyuruh Alif untuk bertemu dengan kedua orangtua Marni.
Dan seorang teman kembali mengingatkan Alif untuk jangan lagi kembali pada Marni, karena tidak ada yang pasti. Alif hanya akan terluka untuk kedua kalinya. Bila Marni pernah meninggalkanmu, maka ia pasti akan meninggalkanmu lagi, begitu pesan teman tersebut pada Alif. Tapi Alif sudah terlalu buta. Rasa cintanya pada Marni membuat ia lupa, lupa pada sakit hati tersebut. Mungkin Marni hanya kilaf pikirnya.
Lalu berangkatlah Alif ke tempat orangtua Marni. 9 Jam perjalanan dengan sepeda motor dan beberapa bingkisan untuk orangtua Marni ditempuhnya. Sepanjang jalan ia berdoa semoga Allah melancarkan pertemuan ia dengan gadis pujaannya tersebut.
Dan, ia mendapatkan Marni kembali lengkap dengan restu kedua orangtua Marni yang menantikan Alif untuk melamar Marni 10 bulan kemudian. Mereka juga berjanji untuk menjaga Marni, karena Aliflah yang pertama menyampaikan niat melamar pada mereka. Betapa bahagianya Alif, ia pun bersemangat kembali. Bekerja dengan lebih giat demi mengumpulkan pundi-pundi untuk melamar Marni. Walaupun kedua orangtua Alif seakan meragukan Marni, tapi Alif tidak peduli.
Alif sakit hati kedua kalinya. Marni berulah kembali. Marni selingkuh pada pariban yang dijodohkan tantenya. Alif tak menyangka Marni sejahat itu. Apa yang telah ia perjuangkan selama ini kembali sia-sia. Ia sedih, tapi kini ia lebih tegar. Ia tahu kalau Allah sangat baik padanya. Allah selamatkan Alif dari sifat khianat Marni sebelum Alif menikahinya. Ya, Alif kembali tegar. Ia relakan Marni menikah. Alif pasti akan bertemu yang lebih baik dari Marni.